PEMANFAATAN KAWASAN SITUS TROWULAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PEMINATAN KELAS X DI MAS TARBIYATUT THOLABAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LAMONGAN 2019

Oleh: NIKENT CITRA PERDANI, S.Pd.

Guru Mata Pelajaran Sejarah

MAS Tarbiyatut Tholabah Paciran Lamongan Jawa Timur

Abstract

This study discusses the utilization of Trowulan Site as learning resources in learning history in high school MAS Tarbiyatut Tholabah.This research is qualitative research naturalistic. Research data obtained from students and high- school history teacher MAS Tarbiyatut Tholabah. Data collection techniques include: observation, interviews, and documentation. Testing the validity of data using triangulation techniques.The analysis of the data used is a model of interactive analysis models Miles and Huberman. Trowulan Site utilization as a source of learning gives a positive value for the students. Students become excited and active as well as raise awareness of the importance of students learning history. A visit to the Trowulan Site students as a source of historical study has been hampered at the time of implementation, management and direct the students to focus on learning objectives in the field.

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan Situs Trowulan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik. Data penelitian diperoleh dari siswa dan guru sejarah MAS Tarbiyatut Tholabah. Teknik pengumpulan data berupa: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengujian validitas data menggunakan teknik triangulasi teknik. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif model Miles and Huberman. Pemanfaatan Situs Trowulan sebagai sumber belajar memberi nilai positif bagi para siswa. Siswa menjadi bersemangat dan aktif serta meningkatkan kesadaran siswa pentingnya belajar sejarah. Kunjungan siswa ke Situs Trowulan sebagai sumber belajar sejarah terkendala pada waktu pelaksanaan, pengelolaan dan mengarahkan siswa untuk fokus pada tujuan pembelajaran di lapangan

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat tanpa pendidikan manusia menjadi terbelakang dan sulit berkembang. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa terlebih bagi bangsa yang sedang berkembang dan yang sedang membangun Negaranya. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Selama ini proses pembelajaran Sejarah yang dilaksanakan di sekolah cendrung masih mengikuti pembelajaran konvensional dengan menggunakan buku-buku penunjang saja, sudah menjadi tradisi dan menjadi kebiasaan. Penggunaan metode ceramah yang terlalu sering digunakan dalam proses pembelajaran Sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan awal pembelajaran siswa tampak semangat, akan tetapi beberapa menit setelah memasuki pelajaran inti siswa tampak bermain sendiri dikarenakan bosan akibatnya prestasi belajar siswa menjadi tidak optimal. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan tidak bervariasi, sehinga proses belajar mengajar menjadi membosankan. Selain itu metode yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa merasa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan.

Untuk itu, guru sebagai tenaga kependidikan harus mampu menerapkan strategi yang mampu meningkatkan atau membangkitkan minat. Sehingga membuat siswa lebih bersemangat lagi dalam belajar. Apabila minat siswa terbentuk, maka penyampaian bahan ajar akan lebih menarik, siswa akan lebih aktif berpartisipasi dalam mengikuti pelajaran dan hasil belajar siswa akan lebih baik dari sebelumnya. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar menurut Sukartini (Karwati, 2014:  150)  yaitu:  a)  Keinginan  untuk  mengetahui/memiliki  sesuatu;  b)  Obyek -obyek  atau kegiatan yang disenangi; c) Jenis kegiatan untuk memperoleh sesuatu yang disenangi; dan d) Upaya-upaya yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan/rasa senang terhadap obyek atau kegiatan  tertentu.

Pembelajaran sejarah menurut Bank (1985), Sylvester (1973), dan Mays (1974) sangat mengharapkan digunakannya sumber- sumber sejarah dalam pengajaran di sekolah. Siswa harus berusaha menemukan bukti-bukti dari peristiwa masa lampau (sumber sejarah). Karya wisata salah satu metode yang juga cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah yang merupakan metode pengajaran yang di lakukan dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. menemukan bukti-bukti dari peristiwa masa lampau mengolah atau mengadakan kritik terhadap sumber tersebut, menafsirkan, dan kemudian menyusunnya menjadi cerita sejarah. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi di kelas, tetapi lebih berperan dalam banyak dimensi, sebagai seorang pembimbing aktivitas siswa. Tugas siswa seperti seorang sejarawan profesional, meskipun baru pada tingkat perkenalan. Mereka dapat mengumpulkan, mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan sumber- sumber dengan berbagai macam cara, bahkan terpaksanya buku pelajaran sejarah di sekolah pun dapat dipakai sebagai sumber, tergantung dari bagaimana memperlakukan sumber tersebut (Hasan, 1985).

Oleh karena itu guru sejarah perlu menghadirkan sumber-sumber sejarah atau membawa langsung siswa ke sumber- sumber tersebut sebagai bukti sejarah yang dapat dikolaborasikan dengan metode karya wisata yang menurut Seniawan (1990: 79), sehingga perlu adanya kunjungan langsung ke salah satu situs sejarah seperti Situs Trowulan yang ada di Kabupaten Mojokerto yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah sekaligus merekonstruksi ulang sejarah lokal yang kemudian dikaitkan dengan materi sejarah yang ada di kelas.

Kegiatan karyawisata yang dilakukan oleh guru Sejarah biasanya menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar Seperti materi kelas X Tentang kebudayaan Hindu-Budha di Nusantara. sehingga para siswa tidak merasa bosan dalam proses belajar mengajar, bahkan metode ini akan membangkitkan semangat belajar siswa dan meningkatkan hasil nilai siswa dalam mengerjakan tugas (evaluasi)

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut:

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

  1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
  2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
  3. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
  4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
  5. Biayanya cukup mahal.
  6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Dalam penelitian ini penulis akan mencoba mengadakan penelitian khusus untuk menjawab mengenai persoalan sebagai berikut:

  1. Apakah metode karya wisata dapat meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas X di MAS Tarbiyatut Tholabah?
  2. Apakah dengan metode karya wisata dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas minat belajar sejarah siswa kelas X di MAS Tarbiyatut Tholabah?

A.      METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif naturalistik yaitu menafsirkan fenomena yang ditemui di lapangan, dan tidak dimanipulasi dalam pengolahannya. Menurut Bogdan dan Tymiz (Sukardi, 2006, p.2) penelitian kualitatif naturalistik adalah untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial, dan persepsi manusia melalui pengakuannya yang mungkin tidak dapat diungkap melalui pengukuran dengan instrumen pada umumnya, atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penelitian kualitatif ditunjukkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang- orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisispan, dan melalui penguraian “pemaknaan partisipan” tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa (Sukmadinata, 2009:94).

Penelitian ini dilaksanakan di MAS Tarbiyatut Tholabah. Subjek penelitian adalah orang yang mengetahui informasi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu guru sejarah dan peserta didik. Oleh karena itu, instrumen penelitian ditujukan pada guru sejarah dan peserta didik di MAS Tarbiyatut Tholabah. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan  purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 300). Snowball sampling digunakan apabila sumber-sumber data pertama belum dapat memberikan informasi tambahan pada sampel berikutnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, Menurut Spradley dalam Sugiono (2014: 314), Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas). Selanjutnya wawancara mendalam, yaitu menurut Moleong (2006: 186) dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Selanjutnya dokumentasi, yaitu dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan dokumen bahan tertulis, sehingga peneliti bisa menggunakan dokumen dengan cara menyelidiki buku-buku, catatan harian, dokumen tertulis, peraturan sekolah, dan lain-lainnya. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik atau metode. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2010: 330).

Instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sebagaimana dikatakan Sugiyono (2009: 307) bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, sebagai instrumen harus divalidasi selanjutnya difokus lokasi penelitian, maka akan dkembangkan instrumen penelitian sedehana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing / verification (kesimpulan / verifikasi). Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) Sumber: Sugiyono, 2014: 338

Analisis interaktif reduksi data dan sajian data dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis (reduksidata, sajian data, penarikan kesimpulan) saling berinteraksi. Peranan statistik tidak diperlukan karena dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dalam bentuk deskriptif fenomena, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Penelitian

Petuah bijak mengatakan bahwa melihat langsung dengan mata sendiri tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan hanya mendengar semata. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi guru sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah memfasilitasi siswa belajar sejarah dengan mengunjungi langsung sumber sejarah. Guru sejarah MAS Tarbiyatut Tholabah berpendapat bahwa belajar sejarah tidak harus terfokus pada materi yang ada di buku teks saja, tetapi siswa juga perlu diajak langsung ke tempat sumber sejarah. Dengan mengunjungi sumber sejarah langsung, siswa dilatih untuk menjaga warisan budaya bangsa dan mengambil hikmah dari peristiwa sejarah tersebut (GS 1, wawancara 8 November 2019).

Berdasarkan observasi di kelas X MAS Tarbiyatut Tholabah, ada kaitan antara pengembangan materi sejarah dengan sejarah lokal setempat. Adapun materi sejarah yang dimaksud adalah tentang perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha. Dari materi tersebut, sejarah lokal dalam hal ini adalah daerah Mojokerto yang dapat dikaitkan dengan materi perkembangan Kerajaan Hindu- Buddha adalah candi Tikus, Candi Wringin Lawang dan CAndi Bajang Ratu ((GS 1, wawancara 8 November 2019).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran sejarah di kelas yang menggunakan buku teks menjadikan pelajaran sejarah tidak menarik di mata para siswa. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu siswa  MAS Tarbiyatut Tholabah bahwa belajar sejarah menjadi bosan dan membuatnya mengantuk jika hanya bersumber dari buku teks saat belajar sejarah di kelas (S 1, wawancara 8 November 2019). Hasil observasi dokumen yaitu buku- buku teks pelajaran sejarah yang digunakan oleh siswa MAS Tarbiyatut Tholabah, ditemukan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran sejarah. Dari gambar-gambar tersebut siswa berusaha mendalami dan memahami materi yang diajarkan. Bahkan menurut guru sejarah, siswa ditugaskan untuk mencari materi terkait di internet. Namun pembelajaran seperti itu yang menurut guru sejarah MAS Tarbiyatut Tholabah menjadi tidak bermakna. Pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna jika dikaitkan dengan lingkungan sekitar dalam hal ini adalah sejarah lokal yang ada di Mojokerto (GS 1, Wawancara 8 November 2019)

Situs Trowiulan salah satu sejarah lokal yang ada di daerah Mojokerto. Tepatnya terletak di Jl. Candi Wringin Lawang No.26, Jatipasar, Kec. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs Trowulan merupakan candi peninggalan agama Hindu yang didirikan pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit. Jarak yang tidak terlalu jauh dari Situs Jumadil Qubro  menjadi salah satu alas an situe Trowulan untuk dikunjungi oleh siswa dengan didampingi oleh beberapa guru pembimbing (GS 2, wawancara 8 November 2019). Selain itu, menurut guru sejarah kelas X di MAS Tarbiyatut Tholabah, kunjungan siswa MAS Tarbiyatut Tholabah ke Situs Trowuulan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tuntutan tercapainya kompetensi dasar pada silabus mata pelajaran sejarah. Dengan melihat karya dan peninggalan leluhur Nusantara dari Kerajaan Majapahit maka dapat menimbulkan rasa cinta tanah air yang salah satu akarnya adalah dengan kecintaan pada berbagai situs, monumen, candi, dokumen, arca, dan berbagai peninggalan sejarah lainnya sebagai bagian integral dari memori kolektif setiap anak bangsa Indonesia dari Sabang sampai dengan Merauke khususnya sejarah lokal yang ada di daerah setempat (GS 1, wawancara 8 November 2019). Berdasarkan dokumen silabus mata pelajaran sejarah yang menjadi pegangan guru sejarah kelas X di MAS Tarbiyatut Tholabah, kompetensi dasar yang dimaksud adalah menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan- kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa generasi muda Indonesia mesti dididik sejak usia dini mengenai kecintaan kepada tanah air melalui belajar sejarah secara aktif dan interaktif yang salah satu caranya adalah melalui kunjungan sejarah ke situs Trowulan ini. Pembelajaran dalam ruang kelas mesti diperluas dengan cara melakukan pembelajaran di luar kelas sehingga sinergi antara pembelajaran dalam kelas dan pembelajaran luar kelas dapat menjadi padu sebagai bagian dari pembelajaran sejarah yang menyenangkan (GS 1, wawancara 8 November 2019). Pembelajaran sejarah dengan mengunjungi sumber belajar langsung dalam hal ini sumber sejarah yaitu Situs Trowulan tidak hanya sekedar berwisata saja, tetapi ada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru sejarah memberikan tugas secara kelompok kepada siswa untuk mencari informasi langsung terkait dengan materi sejarah di sekolah. Tugas tersebut dalam bentuk soal essay yang hanya bisa di jawab setelah pelaksanaan kunjungan ke Situs Trowulan. Tugas tersebut akan dipresentasikan di depan kelas. Penilaian dilakukan atau diobservasi oleh guru sejarah saat berada di Situs Trowulan dan saat presentasi di depan kelas (GS 1, wawancara 8 November 2019).

Pembelajaran sejarah yang menggunakan metode karya wisata memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode ini menurut guru sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah antara lain karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses belajar mengajar, lebih merangsang kreatifitas siswa dan informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam serta aktual (GS 1, wawancara 8 November 2019). Namun menurut guru sejarah lainnya di MAS Tarbiyatut Tholabah, metode karya wisata dalam pembelajaran sejarah ada memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut tergantung situasi dan kondisi. Kelemahan tersebut antara lain waktu pelaksanaan yang sulit dilaksanakan saat hari efektif sekolah, fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh pihak sekolah, sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur pembelajaran sejarahnya menjadi terabaikan, kemudian sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan pembelajaran di lapangan yang menjadi permasalahan (GS 2, wawancara 8 November 2019).

Guru sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah berusaha mencari solusi untuk mengatasi beberapa permasalahan atau kelemahan dari metode karya wisata tersebut. Seperti permasalahan sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan pembelajaran di lapangan. Solusi yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah membawa wali kelas ikut serta ke Situs Trowulan dan waktu pelaksanaannya dihari Jumat ketika Kegiatan Pondok libur.. Pelaksanaan di akhir pekan agar siswa dapat lebih fokus dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di hari efektif sekolah (GS 1, wawancara 8 November 2019). Selain itu, sekolah juga mewajibkan adanya izin dari masing- masing orang tua siswa secara tertulis. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan orang tua siswa bahwa belajar sejarah seharusnya bersifat faktual dan menyenangkan (GS 2, wawancara 8 November 2019).

Kunjungan ke tempat peninggalan sejarah dapat mendidik siswa untuk lebih peduli dan menghargai lingkungan sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa peninggalan sejarah harus ada yang menjaga dan melestarikannya. Misalnya dalam proses pembelajaran sejarah (GS 1, wawancara 8 November 2019). Manfaat belajar sejarah langsung kepada sumber belajar yaitu ke Situs Trowulan sangat dirasakan oleh siswa MAS Tarbiyatut Tholabah. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa terungkap bahwa manfaatnya antara lain dapat menambah pengetahuan sejarah dengan mendalam serta dapat melihat salah satu keajaiban Nusantara yaitu Situs Trowulan sebagai bagian dari sejarah Indonesia (S2, wawancara 8 November 2019), dapat mengetahui bentuk asli dari Situs Trowulan yang tentu saja sebelumnya hanya bisa melihat dari gambar atau internet (S3, wawancara 8 November 2019), dan sebagai pengalaman berharga yang tak ternilai yang dapat diceritakan kepada orang tua di rumah atau bahkan ke teman-teman lainnya yang belum pernah ke Situs Trowlulan (S4, wawancara 8 November 2019).

Hasil pengamatan siswa MAS Tarbiyatut Tholabah, ada beberapa kekurangan yang ada di Situs Trowulan seperti masih banyaknya sampah yang berserakan (S5, wawancara 25 Januari 2019), kurangnya fasilitas umum untuk pengunjung (S4, wawancara 8 November 2019), dan kurangnya petunjuk arah menuju lokasi Situs Trowulan (S1, wawancara 8 November 2019). Secara umum dapat dikatakan bahwa respon dari para siswa yaitu baik dan positif sebagai bagian romantika sejarah dalam setiap perjalanan dan petualangan sejarah mereka dari berbagai dimensi waktu serta perspektif sosial kemasyrakatan. Wajah-wajah penuh rona keceriaan seperti inilah yang menjadi nasionalisme itu sendiri yaitu cinta tanah air.

Para siswa membagikan pengalaman mereka ke berbaga media sosial sehingga publik yang melihat pun dapat memiliki keinginan untuk mengunjungi langsung Situs Trownulan ini dari berbagai usia dan latar belakang serta profesi. Berbagai kekurangan yang ada dan terlihat di situs Situs Trowulan ini dapat menjadi pelajaran bersama serta evaluasi antara semua pihak agar kelestarian dan nilai-nilai sejarah besar dalam situs Trowulan dapat terus kekal dalam keabadian waktu sehingga kita dapat menjadi anak bangsa Indonesia yang terus menghargai jerih payah dan berbagai karya yang telah dibangun oleh para leluhur Nusantara yang begitu banyak ini (GS 1, wawancara 8 November 2019).

2.       Pembahasan

Pemanfaatan Situs Trowulan yang di lakukan oleh guru MAS Tarbiyatut Tholabah adalah untuk mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan oleh guru sejarah di kelas, sebagai sumber belajar sejarah, selain itu juga untuk meningkatkan penilaian yang kritis tentang informasi yang diperoleh dari berbagai narasumber. Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan adalah pembelajaran yang memanfaatkan sumber belajar secara optimal yang tersedia di sekolah maupun lingkungan sekitar, seperti pembelajaran sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah. MAS Tarbiyatut Tholabah memanfaatkan situs Trowulan sebagai sumber belajar sejarah.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru yaitu mempersiapkan RPP materi Hindu-Buddha terdapat pada KD menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan- kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Peninggalan-peninggalan sejarah seperti Situs Trowulan dimanfaatkan oleh guru sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan Situs Trowulan  dinilai guru efektif karena selain dapat menjadikan pembelajaran sejarah tidak monoton, juga memiliki banyak manfaat dan nilai positif baik bagi para siswa, guru maupun lingkungan sekitar.

Pemanfaatan Situs Trowulan oleh guru sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah sebagai sumber belajar sejarah secara tidak langsung telah memenuhi 7 komponen utama dalam pembelajaran kontekstual, yaitu meliputi Konstruktivisme, Inquiry, Questioning (bertanya), Learning community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi), Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya). Dalam pembelajaran sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah, guru telah berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah dengan cara memanfaatkan Situs Trowulan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah.

Terdapat beberapa permasalahan pelaksanaan metode karya wisata dalam pembelajaran sejarah seperti waktu pelaksanaan, pengelolaan siswa dan mengarahkan siswa tetap fokus pada tujuan pembelajaran. Solusinya adalah, kunjungan ke Situs Trowulan dilaksanakan pada saat akhir pecan supaya tidak mengganggu kegiatan belajar efektif di kelas. Wali kelas ikut mendampingi siswa dan siswa diberikan tugas secara berkelompok untuk mengerjakamn tugas yang teah diberikan sebelum berangkat Situs Trowulan.

Kendala yang dialami guru ketika pelaksanaan pemanfaatan Situs Trowulan adalah sulitnya mengkondisikan siswa. Beberapa siswa lebih senang bermain gadget atau handphone. Model pembelajaran yang dilakukan guru saat pembelajaran karya wisata menjadikan belajar sejarah lebih menarik dan tidak membosankan, tetapi kurang efektif dan kurang merata pada saat proses penilaian yang dilakukan oleh guru sejarah, diharapkan guru mampu mengatasi kendala-kendala yang telah dialami untuk pelaksanaan metode karya wisata selanjutnya.

Kunjungan ke Situs Trowulan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah menimbulkan persepsi yang berbeda- beda pada siswa MAS Tarbiyatut Tholabah. Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi (Davidoff dalam Walgito 2010: 89). Berdasarkan hal tersebut, maka hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lainya. Persepsi itu bersifat individual. Ada dua teori tentang persepsi, yaitu (1) teori elemen, dan (2) teori gestalt. Menurut teori elemen, individu mempersepsi sesuatu dari bagian-bagiannya (primer), baru kemudian keseluruhannya (sekunder). Sebaliknya menurut teori gestalt dalam seseorang mempersepsi sesuatu yang primer adalah keseluruhanya atau gestalt-nya, sedangkan bagian-bagiannya adalah sekunder. (Walgito,2010:104-105).

Persepsi meliputi 3 bagian yaitu: menyerap, mengerti dan menilai. Terdapat persepsi yang berbeda-beda terkait tentang pembelajaran sejarah di kelas. Menurut pendapat beberapa siswa, Pembelajaran sejarah menjadi menyenangkan tergantung pada gaya guru sejarah dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Akan tetapi ada siswa yang mengatakan bahwa mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran banyak hafalan, monoton dan dirasakan sulit. Pemanfaatan Situs Trowulan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah merupakan upaya guru untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar sejarah. Siswa terlihat antusias dan bersemangat saat diajak langsung ke sumber belajar atau peninggalan sejarah. Dengan memanfaatkan Situs Trowulan sebagai sumber belajar sejarah, guru berusaha menjadikan pembelajaran sejarah lebih bermakna dan meningkatkan kesadaran siswa pentingnya belajar sejarah

SIMPULAN DAN SARAN

Situs Trowulan peninggalan Kerajaan Majapahit yang bercorak agama Hindu dapat dimanfaatkan oleh guru sejarah sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah di MAS Tarbiyatut Tholabah. Hal tersebut sesuai pada pokok bahasan perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode karya wisata yang dianggap efektif karena siswa belajar dengan memanfaatkan lingkungan dan melihat langsung bukti peninggalan sejarah. Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan metode karya wisata adalah sulitnya mengondisikan siswa dalam jumlah yang banyak dan sulitnya mengarahkan siswa untuk fokus pada tujuan pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh guru sejarah tidak maksimal dan tidak merata. Namun, nilai postitif dari kunjungan ke Situs Trowulan tersebut adalah siswa lebih antusias dan bersemangat dalam belajar sejarah. Walaupun terdapat kendala-kendala yang dialami, pemanfaatan Situs Trowulan sebagai sumber belajar sejarah sudah dinilai efektif dan mempunyai banyak manfaat. Selain dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar sejarah juga dapat menumbuhkan kesadaran sejarah pada siswa.

Saran untuk guru sejarah, pembelajaran sejarah dengan metode karya wisata harus direncanakan dengan matang. Pemberian tugas kepada siswa tetap diawasi dan diberikan penilaian secara optimal serta menyeluruh. Guru sejarah dapat memberikan tugas berkunjung ke tempat peninggalan sejarah diluar jam pelajaran sesering mungkin agar tumbuh nilai kesadaran sejarah siswa bahwa sejarah itu penting dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Aman. (2014). Aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan nasionalisme dalam pembelajaran sejarah di SMA. Jurnal Pendidikan Karakter, 4 (1), 23-34.

Hamid, H. S. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu Dalam Ide Dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Hunt, Martin. (2007). A Practical Guide To Teaching History In The Secondary School. New York: Routledge

Sadono, M.Y. & Masruri. M. S. (2014). Keefektifan vct dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan nilai nasionalisme, demokrasi, dan multikultural. Jurnal Harmoni Sosial, 1(1), 71-82.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Seniawan, Conny. (1990). Pendidikan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Wasino. (2009). Pokok-Pokok Pikiran untuk Penulisan Sejarah Lokal. Makalah Sarasehan Koordinasi dan Curah Pendapat Penguatan Sejarah Lokal untuk Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Patra Jasa Semarang, 24 Maret 2009.

NARASUMBER

Nikent Citra Perdani  Guru Sejarah 1

Drs. H. Masmulyo Hasan Guru Sejarah 2

Djumain, S.Pd.              Guru Pendamping

Siswa yang di Wawancara

Dahlia Mubarokah        Siswa 1

 Nur Nailatus Sa’adah  Siswa 2

Izzati Fatikhah             Siswa 3

Anjani ‘Ianatul Maula  Siswa 4

Nurul Amira Aisya D    Siswa 5

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Nama                           : Nikent Citra Perdani, S.Pd.

Peg Id                            20506915189001

NPM                           ; 229015495050

Asal Madrasah            : MAS TARBIYATUT THOLABAH

LPTK                          : Universitas Negeri Makassar

LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

LokasiMAS Tarbiyatut Tholabah, Lamongan, Jawa Timur
Lingkup PendidikanSMA/MA
Tujuan yang ingin dicapaiDengan menggunakan media Miniatur 3D yang disajikan dengan model project Based Learning (PjBL) dengan strategi Galery Walk dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran Sejarah (peminatan) pada materi Corak Kehidupan Masyarakat Pra-aksara pada kelas X-G (IPS Pi) MAS Tarbiyatut Tholabah Tahun Pelajaran 2022/2023
PenulisNikent Citra Perdani, S.Pd
Tanggal3 November 2022 (PPL Aksi 1 pertemuan 1)
6 November 2022 (PPL Aksi 1 pertemuan 2)
1 Desember 2022 (penyusunan Best Practice)
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.Latar belakang dari praktik pembelajaran ini adalah rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah. Masalah tersebut dapat dianalisi pada kondisi di kelas seperti (LK 1.1) :
– Siswa banyak yang melamun dan tidur ketika pelajaran
– Pasif ketika diberi umpan oleh guru
– Tidak antusias saat mengerjakan tugas
– Enggan diajak berkolaborasi dengan guru dalam pembelajaran
– Saat mengerjakan tugas cenderung copy-paste jawaban teman

Berdasarkan permasalah di atas, praktik baik (Best Practice) perlu dilakukan dengan menggunakan media yang menarik serta model dan strategi yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik

Praktik baik (Best Practice) ini sangat penting untuk dibagikan karena
– berdasarkan Praktik Pengalaman lapangan (PPL), model, strategi dan media yang digunakan efektif melibatkan peran siswa dalam pembelajaran. Siswa sangat senang dan aktif dalam pembelajaran. Yang dibuktikan dengan angket pendapat siswa ditambah dengan hasil belajar siswa yang menujukkan angka di atas KKM dapat menjadi acuan bahwa dengan model dan strategi yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran Sejarah. Maka, setelah Best Practice ini dibagikan dalam menjadi inspirasi untuk mendapatkan solusi bagi guru lain yang mengalami permasalahan yang sama.
– Penggunaan media Miniatur 3D yang disajikan dalam Galery Walk dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan karena siswa seolah dapat melihat benda-benda masa praaksara secara langsung dan mereka seolah sedang diajak berkarya wisata
– Proyek pembuatan media 3D efektif menumbuhkan kreatifitas siswa
– Best practice ini mendorong siswa untuk lebih aktif dan siswa mampu belajar secara mandiri


Adapun peran dan tanggung jawab saya dalam praktik pembelajaran ini adalah
– sebagai guru dan fasilitator yang bertanggung jawab dalam mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif, menantang dan menyenangkan
– menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan bisa meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah
– melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis TPACK
– mengupayakan peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran
– mengupayakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
– melaksakan      kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan
– melakukan        penilaian         terhadap         aktivitas pembelajaran
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibatBerdasarkan kajian literatur dan wawancara terhadap kepala madrasah, guru sejawat dan pakar (LK 1.2) dapat diketahui penyebabkan rendahnya minat belajar siswa terhadapa pelajaran sejarah adalah:
– Faktor yang ada dalam diri siswa sendiri meliputi : Kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi diri, hubungan antara guru-siswa, paradigma siswa tentang pelajaran sejarah
– Faktor yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas meliputi : metode, media, model pembelajaran, kurikulum, materi, pendekatan pembelajaran, kreativitas guru, stimulus yang diberikan oleh guru

Berdasarkan penyebab dari permasalahan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akar penyebab permasalahannya adalah pada penggunaan media yang kurang menarik (LK 1.3). Maka, Tantangan yang dihadapi guru untuk mengatasi permasalahan rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah pada materi Corak Kehidupan dan Hasil Budaya Masyarakat Pra-aksara adalah :
1. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa
2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif dan interaktif sehingga siswa merasa tertarik dan antusias dalam mengikut pembelajaran
3. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan karakteristik siswa
4. Guru harus bisa menumbuhkan minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah dengan proses pembelajran yang menyenangkan. Sehingga siswa yang biasanya kurang aktif, tidak antusias menjadi sebaliknya. Mendorong siswa untuk giat dalam proses pembelajaran karena mereka terbiasa dengan metode ceramah dan pembelajaran yang teacher centre

Dilihat dari keempat tantangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan guru dari sisi kompetensi yang harus similiki guru yaitu pedagogi dan profesional, sedangkan dari sisi siswa adalah minat belajar.

Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah
– Bapak La Malihu (Dosen Fasilitator) dan Bapak Muhammad Idris (Guru Pamong) sebagai pembimbing
– Kepala sekolah sebagai penanggung jawab
– Waka humas, Hidayatus Sholihah, S.Pd., yang membantu melakukan perekaman selama kegiatan PPL dan mempubilkasikan di media sosial, serta memberikan saran-saran yang bagus untuk Praktik Pembelajaran yang saya lakukan.
– Staff kurikulum, Bapak Sadiwan Hariyanto sebagai observer
– Saya      sebagai       guru      yang       melaksanakan pembelajaran yang sudah direncanakan
– Siswa kelas X-G
Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi iniLangkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru sesuai tantangan yang dihadapi antara lain :
1. Pemilihan Media Pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang dirasa tepat dan sesuai dengan meteri pelajaran dan juga sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu guru juga bisa memilih media pembelajaran yang dapat mempresentasikan benda-benda kebudayaan masa pra-aksara. Pada tahap ini guru berpegangan pada hasil kajian literatur dan wawancara yang telah dilakukan pada saat mengerjakan LK 2.1 yaitu eksplorasn alternatif solusi. Maka dalam hal ini guru menggunakan media Miniatur 3D, karena media ini mempunyai kelebihan yaitu media pembelajaran berupa miniatur 3D yang merupakan bentuk dari media visual bisa dilihat dengan mata secara jelas, serta bisa membantu memperlancar proses belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi dan interaksi edukatif dan membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga tercapailah tujuan menumbuhkan daya serap atau pemahaman siswa sehingga prestasi hasil belajar bisa terus meningkat.
b. Proses pembuatan media ini dimulai dari mempelajarai materi yang akan dibuat medianya. Kemudian guru menginventaris benda-benda yang akan dibuatkan miniaturnya
c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran ini antara lain pengetahuan guru dalam memvisualisasi benda kebudayaan praaksara yang akan diminiaturkan dengan menggunakan styrofoam. Selain media yang menjadi proyek siswa, ada juga media yang mendukung proses pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu laptop dan proyektor untuk menampilkan materi yang telah disiapkan oleh guru secara singkat dalam bentuk power point
2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik siswa dan karakteristik materi. Disini guru memilih metode Galery Walk yang rencananya akan memamerkan benda hasil kebudayaan masa pra-aksara yang dikategorikan berdasarkan corak kehidupan
b. Proses pemilihan metode pembelajaran yaitu guru mempelajari apa saja metode-metode dalam pembelajaran dengan cara melakukan eksplorasi literatur baik melalui internet maupun buku
c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode antara lain pemahaman/kompetensi guru tentang metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Meja- meja untuk pameran galeri. Label nama untuk tiap benda
3. Pemilihan model
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan model pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan. Serta disesuaikan dengan media yang akan digunakan. Disini guru menggunaka model pembelajaran PjBL.
b.    Proses pemilihan model dilakukan dengan cara mencari referensi tentang model-model pembelajaran lalu disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan.
c.     Proses pelaksanaan model pembelajaran yaitu dengan melakukan sintaks-sintas PjBL dalam 2x pertemuan.
Pada pertemuan pertama sintaksnya dimulai dari:
–        menentukan pertanyaan mendasar
–        Mendesain perencanaan project
–        Menyusun Jadwal Aktifitas
–        Monitoring Perkembangan Proyek
 
Pada pertemuan kedua sintaksnya merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama, yaitu :
–        Menguji Hasil
–        Evaluasi pengalaman
d.    Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara lain pemahaman/kompetensi guru terhadap model pembelajaran PjBL
4.    Meningkatkan minat belajar siswa
a.    Strategi yang dilakukan adalah dengan merancang RPP yang kegiatan pembelajrannya berpusat pada siswa.
b.    Prosesnya adalah pengembangan RPP yang telah dirancang oleh guru, menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat siswa lebih aktif
sehingga mampu menumbuhkan minat belajar mereka terhadap pelajaran sejarah
c. Sumber daya yang dibutuhkan adalah pemahaman/kompetensi guru dalam merancang RPP. Selain itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam menentukan kegiatan- kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat siswa lebih aktif sehingga mampu menumbuhkan minat belajar mereka terhadap pelajaran sejarah
 
Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah
·         Bapak La Malihu (Dosen Fasilitator) dan Bapak Muhammad Idris (Guru Pamong) sebagai pembimbing
·         Kepala sekolah sebagai penanggung jawab
·         Waka humas, Hidayatus Sholihah, S.Pd., yang membantu melakukan perekaman selama kegiatan PPL dan mempubilkasikan di media sosial
·         Staff kurikulum, Bapak Sadiwan Hariyanto sebagai observer
·         Saya sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran yang sudah direncanakan
·         Siswa kelas X-G
Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebutDampak    dari    aksi    dari    Langkah-langkah    yang dilakukan dirasa hasilnya efektif dan dapat diklihat dari :
1.    Penggunaan media miniatur 3D sangat membantu pemahaman siswa tentang corak kehidaupan dan hasil budaya masyarakat praaksara
2.    Pemilihan metode yang variatif dan interaktif sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa yang dapat diamati dari kegiatan siswa saat pelajaran
3.    Pemilihan model pembelajaran PjBL menumbuhkan
kratifitas siswa, kerjasama, tanggung jawab, disiplin dan belajar secara mandiri. Hal tersebut dapat diamati dari proses pelaksanaan model dari setiap sintaks yang dilewati.
4. Desain pembelajaran mulai dari media, metode hingga model yang dipilih oleh gutu sangat efektif meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran sejarah. Hal itu dapat dibuktikan melalui hasil refleksi pembelajaran yang dilakukan kepada siswa melalui angket / survey terhadap siswa dapat disimpulkan bahwa 100% siswa senang dengan pembelajaran Project Based Learning yang menggunakan media Miniatur 3D dan disajikan dalam metode Galeri Walk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.




Chart kegiatan siswa dalam kelas


Selain itu, aksi ini juga berdampak pada keberhasilan guru untuk menumbuhkan kreatifitas siswa, menumbuhkan sikap bekerjasama, bertanggung jawab, kemandirian belajar. Yang dapat diukur selama proses pengerjaan proyek hingga penyajian proyek dipertemuan berikutnya, semua tahap dapat dilakukan dan sesuai dengan rencana. Pada proses ini juga secara tidak langsung dapat terlihat adanya diferensiasi pada gaya belajar siswa meliputi auditory, visual dan kinestetis.

Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan
– Dosen Fasilitator
Beliau mengapresiasi bahwa Best Practices yang saya lakukan sangat bagus. Dengan mengunakan media Miniatur 3D dan metode Galery Walk memberikan terobosan baru dalam penyampaian materi tentang Corak Kehidupan Masyarakat masa Pra-aksara. Guru benar-benar sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Karena yg bergerak aktif adalah siswa.
– Guru Pamong
Beliau menyampaikan bahwa Best Practices yang saya lakukan sangat menarik. Mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan metode Galery Walk siswa seolah diajak mengunjungi pameran benda kebudayaan masa pra aksara
– Observer
Dalam hal ini adalah staff kurikulum. Beliau menyampaikan bahwa metode pembelajarannya sangat menarik. Sangat inspiratif.Siswanya juga terlihat sangat antusias. Selama proses pembelajaran mereka aktif melakukan kegiatan belajar, saling bertukar informasi dengan teman yg lain. Jelas dengan metode, model dan media seperti ini sangat mendorong siswa untuk menumbuhkan kreatifitas mereka. Harapannya adalah untuk pembelajaran di kelas, guru sering menggunakan model dan metode yang bervariasi.  
– Guru Sejawat
Dengan melihat video yang diunggah pada media sosial Facebook, mereka mengomentari bahwa praktik pembelajaran yang saya lakukan sangat inspiratif dan ingin melakukan hal yg sama untuk materi yang sama.

Yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan
Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran saya pada aksi 1 adalah karena adanya dukungan dari berbagai pihak seperti dosen, guru pamong, kepala sekolah, teman sejawat, waka kurikulum dan waka humas.

Adanya perencanaan dan persiapan matang Yang dilakukan oleh guru. Mulai dari pembuatan , media pembelajaran hingga menyediakan bahan untuk mengerjakan proyek bersama siswa

Adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam hal pengerjaan proyek. Tentu turut mendukung keberhasilan strategi yangsaya lakukan.

Tantangan yang terjadi dalam melaksanakan strategi yang dilakukan
1. Tidak semua benda bisa diminiaturkan oleh siswa. Solusinya adalah memajang gambar dari benda yang tidak bisa diminiaturkan
2. Terjadi keterlambatan pelaksanaan pembelajaran dikarenakan kegiatan pembelajaran sebelumnya yang memakan jam istirahat.  

Pembelajaran yang bisa diambil dari keseluruhan proses tersebut adalah pada dasarnya semua siswa dikaruniai kelebihan atau potensi masing-masing. Tiap potensi tersebut akan menjadi maksimal pemanfaatannya jika kita sebagai guru mampu memfasilitasi proses belajar yang tepat. Guru diharapkan mampu berfikir kreatif dan dan melakukan inovasi terkait pemilihan media, metode dan model dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

Lokasi              : MAS Tarbiyatut Tholabah, Lamongan Jawa Timur

Kelas                : X-G (IPS Pi)

Materi              : Corak kehudupan dan hasil budaya masyarakat praaksara

Model              : Project Based Learning (PjBL)

Media              : Miniatur 3D

Metode            : Gallery Walk

Pendekatan     : Scientific, TPACK

Gambar 1. Kelompok berburu dan mengumpulkan makan tingkat sederhana dan lanjut

Gambar 2 kelompok bercocok tanam

Gambar 3 Kelompok Perundagian

Setiap Anak Itu Cerdas

setiap anak itu cerdas
setiap anak itu cerdas

Saya baru saja selesai membaca sebuah buku bergenre fiksi autobiografi yang berjudul “Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela”. Sebuah novel yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi dan berhasil menjadi buku best seller di Jepang serta menjadi perbincangan di tingkat internasional. Buku ini berkisah tentang perjalanan pendidikan seorang anak gadis cilik bernama Tetsuko yang dipanggil dengan Totto-chan. Gadis cilik yang cerdas dan periang tapi dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap nakal dan menyusahkan guru-gurunya.

Ada beberapa hal yang menarik bagi saya dalam buku ini selain karakter utama. Yang pertama adalah sekolah Tomoe Gakuen, sekolah dasar kedua di mana Totto-chan belajar. Desain sekolahnya unik dengan menggunakan sistem pendidikan yang unik pula. Sistem pendidikan yang menerabas sistem konvensional kala itu, bahkan mungkin sistem pendidikan saat ini. Sistem pendidikan yang membebaskan anak untuk belajar apapun yang mereka mau dan pada jam berapapun yang mereka kehendaki. Tidak ada jadwal tertentu mereka harus belajar materi ini pada jam sekian. Setiap anak bebas memilih akan belajar apa, sehingga di jam yang sama suasananya riuh ada yang membaca buku, ada yang sibuk mengutak-atik tabung percobaan fisika bagi yang menyukai sains dan lain-lain. Intinya tidak ada anak yang menganggur, menguap ngantuk karena mendengarkan ceramah guru tentang materi yang sama sekali tidak mereka pahami sebagaimana kondisi di banyak sekolah di Indonesia saat ini. Di sekolah Tomoe Gakuen tersebut, anak-anak diajari pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Sekolah yang menanamkan mindset untuk mendapat pengetahuan sesuai cita-cita, bukan nilai. Bahkan ada pelajaran jalan-jalan setelah jam makan siang sehingga anak-anak dapat belajar biologi, sejarah dan moral dalam waktu yang bersamaan. Learning by doing. Menarik bukan? Benar-benar sistem belajar yang membebaskan.

Hal menarik yang kedua adalah kepala sekolah Tomoe Gakuen yang bernama Sosaku Kobayashi. Sosok yang digambarkan sangat sabar dan sangat mencintai anak-anak sehingga benar-benar tahu cara memperlakukan anak dengan tepat. Sosok yang mampu mendidik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan cara yang tepat. Sepertinya sulit mencari sosok seperti ini dalam kehidupan sekarang. Cerdas dan visioner, tapi tegas walau tidak keras. Sosok yang mampu mengajari dan mengkondisikan moral pada anak didiknya tanpa membuat mereka merasa tertekan. Sosok yang mampu mengajari penghargaan terhadap orang lain juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri murid-muridnya walau kadang dengan menggunakan metode yang tak lazim. Dan itu berhasil.

Lalu saya teringat pada teori Operant Conditioning-nya B.F. Skinner – seorang psikolog berkebangsaan Amerika yang menjadi salah satu tokoh utama aliran Behaviorisme. Saya berfikir apakah Kobayashi menerapkan teori tersebut? Saya ragu dengan hal itu, karena pendidikan di Tomoe Gakuen tidak monoton dan statis, tapi bersifat dinamis. Tidak hanya terjebak pada stimulus dan respon sebagaimana konsep utama dalam teori Behavioristik. Cenderung pada konstruktivisme malahan.

Saya bermimpi, lima puluh tahun lagi di Indonesia akan banyak sekolah macam Tomoe Gakuen bertebaran. Sekolah yang benar-benar menerapkan arti pendidikan secara tepat. Tentu dengan pendekatan-pendekatan Islami, sehingga tujuan akhir pendidikan sebagaimana yang disampaikan imam al-Ghazali yakni tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat dapat terwujud dengan baik.

Harapan ke depan, pendidikan di Indonesia benar-benar dapat membuat anak-anak merdeka untuk belajar. Demi pengetahuan, bukan hanya untuk nilai. Semoga. Wallohu a’lam bi nafsil amri wa haqiiqotil haali.

By: Ahmad Hasani Zain as-Shiddiqy